Kota Trowulan, sekitar 60 kilometer arah barat Surabaya memang dipercaya sebagai bekas pusat Kerajaan Majapahit, kerajaan besar di Nusantara sekitar abad XIII-XIV. Berbagai bangunan kuno yang bentuknya menyerupai candi, tempat pemandian keluarga raja ataupun gapura serta serta serakan batu bekas peninggalan Majapahit dapat ditemui di Trowulan.
Trowulan terletak 12 km sebelah barat kota Mojokerto, kira-kira satu jam naik kendaraan dari Surabaya. Peninggalan Majapahit dapat dilihat pada koleksi benda-benda kuno dalam museum kepurbakalaan Trowulan atapun candi-candi yang terdapat di sekitar Trowulan, antara lain candi Waringin Lawang, candi Tikus, candi Tawon, candi Gentong, candi Berahu, dan candi Menakjinggo, candi Sitinggil.
Juga pada bangunan kuno lainnya seperti Bajang Ratu dan Makam Putri Campayang. Sisa-sisa kejayaan Majapahit juga masih dapat ditemui di dalam masyarakat Trowulan, yakni keahlian membuat kerajinan perunggu yang bermotifkan guratan ciri khas Majapahit.
Sayangnya, kegemilangan Majapahit -yang menurut cerita sejarah sempat menguasai separuh wilayah Nusantara dan pengaruhnya sampai ke kawasan Asia Tenggara— tak semuanya dapat terlihat utuh.
Ada bangunan candi yang sudah selesai dipugar, tapi sebagian lagi masih dalam pengerjaan proyek dinas purbakala sehingga yang terlihat hanyalah batu-batu merah berserakan.
Berkunjung ke obyek wisata Trowulan seakan diajak menerawang masa lalu kerajaan Majapahit yang pernah mengalami kejayaan saat diperintah Hayam Wuruk dengan patihnya yang bernama Gajahmada.
Untuk bisa melihat gambaran utuh tentang kerajaan Majapahit di masa silam, tentunya dibutuhkan daya imajinasi dalam merekonstruksi peristiwa-peristiwa yang terjadi selama berdirinya Majapahit (1292-1528 Masehi) seperti tertulis dalam buku-buku sejarah.
Kita bisa mulai dari Candi Tikus, salah satu bangunan yang sudah dipugar. Candi di Desa Temon, Trowulan, Jatim itu, masih menyisakan ornamennya berupa kepala makara dan kuncup bunga padma di tepi kolam yang berfungsi sebagai pancuran air.
Kemungkinan, di tempat itu dulu putri-putri Majapahit mandi. Dinamakan candi Tikus karena ketika ditemukan pada 1914, ratusan tikus berhamburan ke luar dari sela-sela runtuhan bangunan.