Tak sulit menuju kompleks bekas peninggalan Kerajaan Singosari. Dari Terminal Arjosari (Malang), naik kendaraan jurusan Surabaya yang melewati Jl. Tumapel yang merupakan pusat peninggalan Kerajaan Singosari berada.
Bekas bukan berarti utuh, tidak seperti bekas Keraton Kaibon dan Keraton Surasowan di wilayah Banten Lama, kendati disebut bekas dan keutuhannya berkurang, namun masih lebih utuh dibanding peninggalan Kerajaan Singosari disini.
Walau dalam buku sejarah, Singosari adalah kerajaan besar dengan Ken Arok dan Ken Dedes (1222 Masehi) sebagai tokoh sentral (waktu itu namanya masih Tumapel, wilayah Kerajaan Kediri dengan Ken Arok sebagai akuwu). Singosari pula yang melahirkan keturunan raja-raja besar di Jawa Timur hingga terbentuknya Kerajaan Majapahit.
Disebutkan pula bahwa Ken Dedes itu perempuan maha cantik, istri pejabat daerah Tumapel bernama Akuwu Tunggul Ametung. Ketika Ken Dedes baru turun dari kereta kuda, betisnya yang kuning langsat dan sempurna, terlihat oleh pemuda desa bernama Ken Arok.
Sejak itu Ken Arok bercita-cita ingin menjadikan Ken Dedes istrinya. Dengan berbagai upaya, Ken Arok membunuh Tunggul Ametung dengan keris Mpu Gandring. Ken Arok merebut kekuasaan dan sekaligus Ken Dedes walau waktu itu tengah hamil muda (dengan Tunggul Ametung).
Ken Arok yang ambisius ternyata tak puas hanya menjadi penguasa wilayah kecil maka dia memberontak (disebut Perang Ganter) dan berhasil mengalahkan Prabu Kertajaya, Raja Kadiri. Ken Arok menjadi raja yang kelak dikenal sebagai Singosari.
Ken Arok tak begitu lama menjadi raja sebab pada 1227 dia dibunuh oleh Anusapati, putra Ken Dedes dari Tunggul Ametung dengan keris Mpu Gandring juga.
Sejarah menyebutkan betapa keris itu terus meminum darah korban sebab kelak Anusapati pun dibunuh pula oleh Tohjaya, putra Ken Arok dari Ken Dedes dengan keris yang sama.
Demikian spektakuler peristiwa itu, bila kita mengunjungi Kecamatan Singosari, yang diduga dulunya adalah pusat kota Kerajaan Singosari, kesan spektakuler itu ternyata kurang nampak. Peninggalan yang disebut "utuh" untuk dilihat hanya candi peninggalan Singosari akhir (1268-1292).