Irama musik pengiringnya yang rancak dan cepat membangkitkan semangat – membius penonton yang berada disekitarnya, dan kata-kata liriknya yang berbunyi hooke menjadi ciri khas tersendiri bagi tarian yang satu ini.
Reyog –lebih dikenal dengan reog, awalnya merupakan tarian tradisional daerah Ponorogo, Jawa Timur namun sekarang menyebar hingga kebeberapa daerah seoerti, Wonogiri, Malang dan bahkan beberapa ada yang berasl dari luar Jawa Timur, misalnya Jambi, Tanjung Pinang, Riau dll.
Satu grup reyog biasanya terdiri seorang warok tua, sejumlah warok muda dan penari jathilan, penari Bujangganong dan Prabu Kiano Sewandono masing-masing seorang. Kelompok ini biasanya tampil didepan (awal) tarian.
Menyusul kemudian sebuah karangan berbentuk kepala macan yang mengaum karena "diinjak" seekor burung merak yang sedang mengembangkan sayapnya. Inilah yang disebut dhadhak merak, sebuah barongan khas reyog Ponorogo yang beratnya mencapai lebih 40 kg.
Kekuatan gigi dan otot-otot leher sang penari barongan inilah yang bisa membuat tarian dhadhak merak menjadi eksotik, magik, memikat, dan apalagi ketika meliuk-liuk di udara diterpa angin kencang.
Kekhasan lainnya terdapat pada seperangkat instrumen pengiringnya yang terdiri dari kempul (gong), ketuk, kenong, gendang, ketipung, sejumlah angklung, dan sebuah terompet yang lazim disebut salompret.
Bunyian salompret bernada pelog ini berpadu dengan ketipung, gendong, kenong, ketuk, angklung yang bernada slendro. Nada-nada sumbang yang dihasilkan merupakan perpaduan antara laras slendro dan pelog hingga memunculkan atmosfer mistik, aneh, eksotik, sekaligus membangkitkan gairah.
"Reyog" bukan "reog"
Begitu terkenalnya tarian tradisional ini, hingga nama aslinya-pun diplesetkan, dari reyog menjdi reog. Bahkan Pemda Kabupaten Ponorogo-pun latah menjadikan “REOG” sebgai slogan daerah tersebut. Slogan “REOG” yang berarti Resik, Endah, Ombu, dan Girang-gemirang hingga kini masih dijumpai di sudut-sudut kota Ponorogo.
Menurut kata "sesepuh" warok Kasal Gunapati alias Mbah Kamituwo Kucing yang benar itu reyog dan bukan reog, seperti yang tertulis di "buku kuntung" berisi Panduan Reog terbitan Pemda Dati II Ponorogo.